KUNCI PORTOFOLIO PROFESIONAL

Mungkin kamu pernah merasakan salah satu dari beberapa hal berikut.
“Karyaku udah lumayan bagus, tapi ko susah dipakai untuk cari kerja?”
”Gimana dan di mana sebaiknya aku memampangkan karyaku supaya menarik pemberi kerja?”
”Karya orang itu sama baiknya dengan karyaku, tapi kok bisa terlihat lebih profesional?”

Kunci jawaban dari semua pertanyaan tersebut adalah pembuatan portofolio.

Mindset membuat sebuah portofolio yang profesional dan praktis sangatlah berbeda dengan mindset membuat sebuah karya ilustrasi. Berikut beberapa poin yang perlu kita ingat saat membangun portofolio kita.


1. Konsistensi dan ciri khas

Sebuah portofolio yang konsisten dan memiliki keunikan yang kuat akan mudah diingat. Para calon klien belum tentu langsung memiliki proyek yang sesuai untuk kita. Kalau portofolio kita mudah diingat, kita lebih berpotensi menjadi orang pertama yang dihubungi kalau portofolio kita memorable.

Konsistensi dan ciri khas bukan berarti semua warna atau gaya gambar di dalam portofolio kita harus selalu sama. Kita bisa memilih beberapa aspek yang konstan supaya portofolio kita tidak jadi campur aduk. Beberapa aspek itu adalah tema, gaya gambar, dan lingkup industri. Contohnya, untuk teman-teman yang gaya gambarnya sudah konsisten, akan lebih mudah membuat portofolio yang kohesif. Tetapi, jika gaya gambarnya belum konsisten, kita bisa tetap membuat portofolio yang kuat dengan memilih tema yang mirip untuk setiap karya dalam portofolionya. Selain tema yang mirip, kita juga bisa membatasi lingkup industrinya untuk karya-karya yang ada di portofolio kita.


2. Menunjukkan proses yang sesuai dengan industri

Saat membuat sebuah proyek, kita harus bisa melalui jalur proses yang jelas sesuai dengan keperluan industrinya. Contohnya, untuk membuat sampul buku biasanya klien memerlukan thumbnails, tight drawing, value & color study, hingga final illustration. Sebelum sampai ke sebuah desain karakter, tim dalam studio game akan membahas hal-hal seperti eksplorasi siluet, iterasi kostum, expression sheet, sampai turnaround.

Terkadang, pelajar sering menarget karir di dalam sebuah industri tetapi portofolionya tidak menunjukkan pemahaman atas industri tersebut. Di Program Intensif Intermediate, banyak murid yang ingin menjadi concept artist, book illustrator, bahkan graphic novelist. Saat mereka baru bergabung, semua portofolio mereka terlihat mirip sehingga sulit untuk pemberi kerja menentukan wawasan mereka tentang industri yang mau mereka tuju. Di Program Intensif, para peserta diarahkan supaya portofolio mereka terlihat memiliki pemahaman yang lebih mendalam.

Dengan menunjukkan proses yang jelas di dalam portofoliomu, kamu akan terlihat lebih profesional dan mengenal tahapan-tahapan di dalam industri yang mau kamu tuju. Dengan begini, para pemberi kerja akan lebih percaya diri untuk bekerja sama dengan kamu.


3. Memiliki Pengaplikasian yang jelas

Kalau kamu sudah mengikuti sebuah proses yang sistematis sesuai keperluan sebuah industri, karya final kamu kemungkinan besar akan mudah untuk diaplikasikan. Contohnya, kalau kita hanya membuat karya berdasarkan keinginan subjektif, format ukuran yang kita pilih bisa sangat berbeda-beda. Tetapi, kalau sudah melalui tahapan proyek cover buku, dari awal kita tahu bahwa karya kita akan berukuran selayaknya ukuran cover buku dan memerlukan tempat untuk layout teks. Dengan begini, hasil karya akhir kita akan memiliki rasio yang tepat dan posisi akurat juga untuk menempatkan judul dan nama pengarang buku tersebut.

Untuk membuat karya dengan pengaplikasian yang jelas, sekali lagi kamu harus memahami industri yang kamu tuju. Misalnya. kamu mau membuat portofolio buku cerita anak. Berarti, karya yang kamu pampangkan di websitemu harus mengikuti aturan margin, bleed, dan gutter dari sebuah buku cerita anak.


4. Menunjukkan pengalaman

Seorang pemberi kerja akan lebih merasa yakin bekerja sama dengan orang yang sudah pernah menggarap proyek profesional sebelumnya.

“Ka, berarti kalau aku belum pernah kerja, akan sangat sulit dong dapat klien?”

Tidak juga. Kamu bisa membuat seakan-akan kamu pernah bekerja secara profesional dengan membuat “proyek palsu”. Proyek palsu ini adalah proyek di mana kamu meminjam “prompt” dari proyek di dunia nyata untuk kamu kerjakan kembali. Contohnya, untuk menjadi seorang ilustrator editorial, kamu boleh meminjam sebuah berita dari Kompas dan kamu buatkan ilustrasinya. Untuk membuat portofolio musik, kamu juga boleh meminjam nama album dari band favoritmu dan membuat sampul palsu untuk album tersebut.

Apakah ini dibolehkan? Ya, asalkan kamu tidak menjual karya-karya mock ini secara komersil. Dengan memiliki proyek-proyek yang terlihat jelas peruntukannya di dunia nyata, portofoliomu akan terlihat jauh lebih profesional.


5. Memilih platform presentasi yang tepat

Banyak dari kita merasa nyaman hanya dengan meletakkan karya kita pada media sosial. Memilih media sosial untuk membagikan karya tidaklah salah. Justru, medsos bisa membantu kita mendapatkan eksposur lebih secara organik. Terlebih lagi, untuk proyek seperti commission, endorsement, advertising, dan semacamnya, medsos merupakan pilihan yang tepat.

Tetapi, saat klien perlu melihat karya kita dengan lebih sistematis dan rapi, kita perlu portofolio dalam bentuk lain. Format lain ini bisa berbentuk website pribadi. Kalau kita belum bisa membuat website pribadi, kita bisa menggunakan portfolio websites seperti Behance dan Artstation.

Dengan memiliki website terpisah, kita bisa memampangkan proyek-proyek terbaik kita sambil menunjukkan alur proses pengerjaanya. Ini akan sangat membuat portofolio kita berkesan profesional ketimbang jika kita hanya memampangkan karya secara kronologis lewat medsos.


Salah satu hambatan terbesar membuat portofolio adalah rasa perfeksionisme. Karena terlalu fokus membuat 1 proyek yang sempurna, akhirnya portofolio kita kekurangan jumlah. Take it easy. Portofolio kita bukan dilihat dari 1 karya saja, tetapi dari efek keseluruhannya. Selain itu kita juga bisa dan akan terus mengupdate portofolio kita sepanjang perjalanan karir kita, sehingga akan ada selalu kesempatan untuk berkembang setiap harinya.

Artikel ditulis oleh Dion MBD
Previous
Previous

TIPS WARNA: HARMONISASI

Next
Next

Mentarget Pasar Ilustrasi Internasional